Hal yang positif banget yah kalau anak-anak diajari sedari kecil berbahasa Indonesia ditambah dengan bahasa lainnya. Beberapa .. masih menerapkan penggunaan bahasa daerah ditambah bahasa Indonesia dan bahasa asing dalama berkomunikasi dengan anak. Tapi beberapa yang lainnya malah melupakan bahasa daerah ini ..
Seperti salah satu saudaraku .. Dia orang asli Minang. Ayah dan Ibu nya asli Minang. Karena ketika kecil si ayah bertugas di daerah lain .. dan banyak bergaul dengan orang Jawa, si anak pun aberbicara sehari-hari dengan bahasa Jawa. Nah lhoo bagaimana bisa?? Karena si ibu membiasakannya berbahasa Jawa sementara si Ayah membiasakannya berbahasa Indonesia. Ketika si anak besar, keluarga mereka pindah lagi ke Padang. Di Padang lah si anak mulai berbahasa Minang dan belajar juga dari lingkungannya. Teman sekolah, tetangga .. dan orang-orang di sekitar.
Sekarang si anak telah menikah dengan orang bersuku Jawa. Tinggal di Medan. Anaknya si Anak diajari berbahasa Indonesia dan semua istilah dalam kekerabatan menggunakan tata krama Jawa .. Huhuhu Miris .. si anak bahkan sama sekali tak diajarkan bahasa Minang. Bahkan untuk panggilan kepada anggota keluarga yang lain .. Saudara perempuan si Ibu yang notabene adalah orang asli Minang pun diajari untuk dipanggil Bude ..
Bukan mau ber provokasi .. atau mau mengeluarkan isu SARA .. Cuma kan kasihan .. kemana kah budaya Ibu itu pergi .. sementara Minang kan terkenal dengan sistem kekeluargaan Matrilineal. Hanya saja yang masih bisa dibanggakan adalah .. anak-anak Minang yang hidup di rantau, dan sehari-hari nya menggunakan bahasa rantau atau bahasa Indonesia , sekarang sudah banyak yang tertarik untuk memperlajari bahasa daerah asalnya ..
Ohhh .. andai nanti diriku mempunyai anak .. Akan ada 3 kebudayaan yang akan disandangnya .. Jawa, Mandailing dan Minang. Tak akan ada yang tersisih satu budaya pun .. Ibunya akan mengenalkan budaya Minang .. dan Ayahnya akan mengenalkan budaya Jawa serta si Nenek dengan budaya Mandailing nya .. Bukankah dia akan menjadai "kaya" karena itu?
Seperti pasangan Bang Narli dan Kak Ina. Bang Narli orang Jawa dan Kak Ina orang Pariaman. Anak mereka 2 pasang. Yang Paling tua .. dipanggil Mas oleh adik-adiknya, karena dia anak laki-laki. Tapi kepada anak perempuan nya .. sang adik-adik menaggil Uni. Kagum juga .. Kak Ina bilang, walaupun kecil .. paling tidak kontribusi untuk mengenalkan daerah asal mereka tetap ada. Jadi identitas itu akan seolah memberi tahu kepada orang lain .. dari daerah mana sebetulnya mereka berasal.
Pesan nya .. Jangan lah sampai bahasa dan budaya adat istiadat dari Bundo Kanduang itu hilang bahkan dilupakan oleh masyarakat Minang sendiri. Tak ada yang harus dimalukan sebagai seorang Minang .. bahkan seharusnya bangga .. karena suku Minang telah mampu menembus jarak dan waktu. Karena orang Minang dengan budaya yang disandang di pundaknya .. ada dimana-mana ..
Seperti salah satu saudaraku .. Dia orang asli Minang. Ayah dan Ibu nya asli Minang. Karena ketika kecil si ayah bertugas di daerah lain .. dan banyak bergaul dengan orang Jawa, si anak pun aberbicara sehari-hari dengan bahasa Jawa. Nah lhoo bagaimana bisa?? Karena si ibu membiasakannya berbahasa Jawa sementara si Ayah membiasakannya berbahasa Indonesia. Ketika si anak besar, keluarga mereka pindah lagi ke Padang. Di Padang lah si anak mulai berbahasa Minang dan belajar juga dari lingkungannya. Teman sekolah, tetangga .. dan orang-orang di sekitar.
Sekarang si anak telah menikah dengan orang bersuku Jawa. Tinggal di Medan. Anaknya si Anak diajari berbahasa Indonesia dan semua istilah dalam kekerabatan menggunakan tata krama Jawa .. Huhuhu Miris .. si anak bahkan sama sekali tak diajarkan bahasa Minang. Bahkan untuk panggilan kepada anggota keluarga yang lain .. Saudara perempuan si Ibu yang notabene adalah orang asli Minang pun diajari untuk dipanggil Bude ..
Bukan mau ber provokasi .. atau mau mengeluarkan isu SARA .. Cuma kan kasihan .. kemana kah budaya Ibu itu pergi .. sementara Minang kan terkenal dengan sistem kekeluargaan Matrilineal. Hanya saja yang masih bisa dibanggakan adalah .. anak-anak Minang yang hidup di rantau, dan sehari-hari nya menggunakan bahasa rantau atau bahasa Indonesia , sekarang sudah banyak yang tertarik untuk memperlajari bahasa daerah asalnya ..
Ohhh .. andai nanti diriku mempunyai anak .. Akan ada 3 kebudayaan yang akan disandangnya .. Jawa, Mandailing dan Minang. Tak akan ada yang tersisih satu budaya pun .. Ibunya akan mengenalkan budaya Minang .. dan Ayahnya akan mengenalkan budaya Jawa serta si Nenek dengan budaya Mandailing nya .. Bukankah dia akan menjadai "kaya" karena itu?
Seperti pasangan Bang Narli dan Kak Ina. Bang Narli orang Jawa dan Kak Ina orang Pariaman. Anak mereka 2 pasang. Yang Paling tua .. dipanggil Mas oleh adik-adiknya, karena dia anak laki-laki. Tapi kepada anak perempuan nya .. sang adik-adik menaggil Uni. Kagum juga .. Kak Ina bilang, walaupun kecil .. paling tidak kontribusi untuk mengenalkan daerah asal mereka tetap ada. Jadi identitas itu akan seolah memberi tahu kepada orang lain .. dari daerah mana sebetulnya mereka berasal.
Pesan nya .. Jangan lah sampai bahasa dan budaya adat istiadat dari Bundo Kanduang itu hilang bahkan dilupakan oleh masyarakat Minang sendiri. Tak ada yang harus dimalukan sebagai seorang Minang .. bahkan seharusnya bangga .. karena suku Minang telah mampu menembus jarak dan waktu. Karena orang Minang dengan budaya yang disandang di pundaknya .. ada dimana-mana ..
No comments:
Post a Comment