MENYIASATI PERNIKAHAN
* Terus pelajari sifat pasangan serta kebiasaannya.
* Selalu lakukan komunikasi dua arah sehingga memungkinkan pasangan untuk mengungkapkan permasalahan atau unek-uneknya.
* Selalu ingat tujuan awal pernikahan yang Anda lakukan.
* Jadikanlah buah hati Anda sebagai perekat dalam membina rumah tangga.
* Jangan mengikuti gejolak muda yang dapat berujung pada perselisihan.
* Tahan ego dan hargai pasangan.
* Bangun pengertian dan toleransi terhadap pasangan.
* Hadapi masalah berdua. Hindari campur tangan pihak ketiga untuk menyelesaikan masalah Anda berdua.
* Membuka diri terhadap nasihat maupun kritik dari orang yang lebih tua.
* Sempatkan waktu untuk bermesraan. Jangan sampai pasangan merasa terabaikan hanya karena perhatian tersita oleh si kecil atau kesibukan mengurus rumah tangga.
* Junjung tinggi kepercayaan dan kejujuran.
* Jangan sampai kehilangan jati diri setelah menikah. Umumnya pasangan yang sudah menikah sering berubah temperamen, sikap, sifat maupun pola pikir mengikuti pasangannya. Hal ini tidaklah dibenarkan. Pernikahan merupakan penyatuan dari dua visi, pola pikir yang berbeda untuk sebuah tujuan yang akan dicapai melalui kesepakatan bersama. Bila salah sate pasangan sudah kehilangan jati diri, otomatis is hanya menjadi obyek pelengkap dari sebuah pernikahan tanpa mempunyai kontribusi terhadap pernikahannya itu sendiri.
* Buatlah cinta sebagai bumbu dalam pernikahan untuk mengatasi setiap masalah yang timbul.
* Permanis hubungan dengan mertua, juga terhadap ipar. Kepada merekalah Anda dapat bertukar pikiran mengurus anak, menata rumah, mempelajari resep makanan keluarga dan lain sebagainya. Keselarasan dan keharmonisan dalam keluarga akan membawa dampak positif serta atmosfer baru dalam kehidupan rumah tangga.
* Mau mengenal teman-teman ataupun orang yang dianggap penting oleh pasangan.
* Jangan membandingkan pernikahan yang Anda jalani dengan pernikahan orang lain. Belum tentu yang Anda lihat adalah semanis permukaannya. Yang terpenting, terima kelebihan serta kekurangan pasangan.
* Bangun kesadaran bahwa langgengnya sebuah pernikahan butuhkan pengorbanan dan peran dari kedua belah pihak.
* Realistis. Jangan membayangkan adegan romantis yang dipertontonkan teve akan selalu mewarnai pernikahan Anda.
* Pasangan juga memerlukan privacy dan ruang gerak. Biarkan ia melewatkan waktu dengan hobi atau kegiatan yang disukainya tanpa harus Anda ganggu dengan dering telepon, hanya karena Anda selalu berusaha mengintai keberadaanya setiap saat.
* Sempatkan berbagi cerita kegiatan sehari-hari agar saling mengetahui keadaan yang telah terjadi.
* Jangan jadikan seks sebagai tujuan utama pernikahan. Bila pernikahan hanya didasarkan oleh nafsu dan perasaan cinta yang membabi buta, dapat dipastikan perkawinan akan mudah goyah. Bila perasaan tersebut luntur maka yang tersisa hanyalah penyesalan semata. Seks dapat dijadikan sebagai jembatan dalam membina kasih atau alat komunikasi fisik agar cinta tetap terpelihara. Dengan demikian pertahanan perkawinan akan menjadi lebih kuat saat menghadapi gelombang kehidupan rumah tangga.
* Jadikan Tuhan sebagai sandaran hidup serta tempat berbagi cerita. Jangan pernah lupa bahwa pasangan yang menikah selalu disatukan dalam nama Tuhan, dan oleh karenanya Anda memperoleh teman hidup.
* Cobalah untuk selalu berpikiran positif terhadap apa yang dilakukan pasangan Anda.
* Sekecil apapun usaha yang dilakukan pasangan, hargailah. Sikap ini mampu membuat hubungan menjadi lebih indah.
Usia tidak menentukan kedewasaan seseorang. Langgeng tidaknya sebuah pernikahan juga tidak dapat diukur dari usia seseorang ketika mengambil keputusan untuk menikah. Kedewasaan hanya bisa diukur dari cara seseorang mengambil keputusan setelah melalui proses pemikiran panjang dan diikuti oleh kemampuan untuk mempertanggungjawabkan dengan kesadaran penuh.
Ingat, pernikahan merupakan hal yang sakral. Jangan sampai karena emosi sesaat Anda mengambil keputusan yang bisa berakibat fatal. Yang penting, tak perlu menyesali keputusan menikah hanya karena masih muda usia. Pernikahan merupakan sebuah proses panjang pembelajaran hidup yang tak ada hentinya. Dengan kesadaran seperti itu mudah-mudahan rumah tangga tetap mampu tegar berdiri di antara gelombang pasang kehidupan.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kembalilah ingat.. Untuk apakah kita menikah?
No comments:
Post a Comment