Translate

March 9, 2008

Ceritaku Tentang Novel & Film AAC


Sebenarnya sih .. aku gak begitu suka nonton film lokal yang dari sepintas aku lihat gak menarik. Palingan kalau gak horror ya cinta-cintaan gitu deh .. jujur aja ya .. udah bosan. Tapi waktu aku lihat AAC itu di film kan .. ada juga keinginan buat nonton film nya. Tapi sekali lagi jujur.. bukan karena film nya .. tapi ceritanya begini .. Dulu ada teman chat aku dan hubby. Kuliah di Mesir sana .. idolanya itu ya Kang Abik penulis AAC. Dia nyaranin Hubby buat beliin aku buku AAC. Katanya sih bagus.. dan dia juga bilang ke aku .. minta beliin gih sama hubby. Aku karena dia bilang bagus pengen juga baca.. dari judulnya kek nya unik gitu plus buat penasaran. Hubby bilang sih mau beliin.. tapi seiring berjalannya waktu.. tuh buku gak juga sampai-sampai di tanganku.. malah terlupakan oleh kami berdua.

Sampai aku dengar AAC itu di film kan.
Iseng-iseng .. aku cari resensi buku nya di internet. Jumpa sih .. malahan .. aku sempat senang banget waktu nemuin gak cuma buku.. Malahan e-book nya Ayat-ayat Cinta. Semula .. hubby juga dapat film AAC dari temannya.. Dan kebetulan juga udah didownload sama hubby. Sebenarnya .. ini pembajakan sih .. tapi hehehe aku pengen banget nontonnya.

Beruntungnyaaa.. aku baca novelnya duluan .. baru nonton film nya.. sehingga .. yang keluar emang lebih banyak ngeluhnya dibanding pujiannya.. Walaupun .. menurut aku .. Isi dari Novel AAC itu bagus .. cuma mungkin pengaluran kisahnya yang agak kurang menarik si pembaca untuk ikut mendayu-dayu dalam kisahnya .. tapi .. menurutku masih bisa dirasakan secara gamblang banyak peristiwa peristiwa yang rada-rada aneh .. terlalu dilebih-lebihkan .. dan fiksi banget. Ini sih penilaian aku. But yang paling aku suka di novelnya adalah .. sekelumit kisah di hampir bagian akhirnya. Yang buat sedikit tercenung .. dan berpikir .. masih akan kah ada orang muslim yang ingat untuk melakukan itu ..

Mereka telah pergi meninggalkan kami berdua. Kami salah tingkah. Wajah Aisha merona. Tubuhku panas dingin. Kami merasa sama-sama canggung mau berbuat apa. Tapi kami merasa itulah indahnya. “Kita belum shalat maghrib,” lirih Aisha. Ia masih berdiri tak jauh di depanku dengan wajah menunduk.

Aku tersadar, waktu sudah mepet, aku harus segera memberanikan diri melakukan sesuatu. Ada sunnah Rasulullah yang harus aku amalkan ketika untuk pertama kalinya berada dalam satu kamar atau satu rumah dengan pengantinku.
Aku bergerak mendekati Aisha dan menggamit tangannya.

“Kamar kita di mana, Sayang?” tanyaku pelan.

“Sini,” jawab Aisha sambil melangkah ke sebuah kamar. Pintu kubuka. Gelap. Lampu kunyalakan, tampaklah kamar pengantin yang berhias indah, wangi dan sangat romantis.
Kuajak Aisha duduk di ranjang. Aku membaca basmalah dengan segenap penghayatan akan ke-MahaRahman-an dan ke-Maharahim-an Allah. Lalu kupegang ubun-ubun kepala Aisha dengan penuh kasih sayang sambil berdoa seperti yang diajarkan baginda Nabi,


“Allaahumma, inni asaluka min khairiha wa khairi ma jabaltaha, wa a’udzubika min syarriha wa syarri ma jabaltaha!

Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikannya dan kebaikan wataknya. Dan aku mohon perlindungan-Mu dari kejahatannya dan kejahatan wataknya. Amin.”


Kulihat Aisha memejamkan kedua matanya dan dari mulutnya terdengar amin..amin..amin, berkali-kali. Ia sudah mengerti bagaimana memasuki malam zafaf agar pernikahan penuh berkah. Setelah itu kulanjutkan dengan doa yang diriwayatkan oleh Imam Nawawi dalam kitabnya Al Adzkaar,

“Baarakallaahu likulli waahidin minna fi shaahibihi. Semoga Allah membarakahi masing-masing di antara kita terhadap teman hidupnya.”


Lalu kukecup ubun-ubunnya sambil menangis dan mengulang doa itu berkali-kali. Aisha terus mengucapkan amin..amin..amin, dengan air mata meleleh di pipinya.
Barulah kuajak Aisha untuk mengambil air wudhu dan shalat maghrib berjamaah. Setelah shalat maghrib membaca dzikir, shalat sunnah ba’diyah, membaca wirid dan doa rabithah.

Menjelang Isya kuajak Aisha untuk shalat sunnah bersama sebagaimana dilakukan salafush shalih, agar pernikahan kami ini penuh barakah. Selesai shalat aku membaca doa sebagaimana diajarkan baginda nabi dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Mas’ud,


“Allaahumma baarik li fi ahli, wa baarik lahum fiyya. Allaahumma ijma’ bainana ma jama’ta bikhair, wa farriq bainana idza farraqta ila khair.

Ya Allah, barakahilah bagiku dalam keluargaku, dan berilah barakah mereka kepadaku. Ya Allah, kumpulkan antara kami apa yang engkau kumpulkan dengan kebaikan, dan pisahkan antara kami jika engkau memisahkan menuju kebaikan. Amin.”


Di belakangku Aisha khusyu mengucapkan amin..amin..amin, kabulkan ya Allah, kabulkan ya Allah, kabulkan ya Allah, dengan rahmat dan kasih-Mu.


Aku benar-benar terharu .. But .. yang aku lihat di filmnya malah itu gak ada.. padahal aku nunggu-nunggu banget kalau-kalau situasi begitu ada di film .. dan terpaksa aku kecewa.. Malahan di film nya aku menyaksikan mereka malah ciuman .. Huhuhuhuhu.. Sedangkan yang aku harapkan .. benar-benar nuansa yang beda dengan yang lain .. Klo adegan ciuman .. dimana-mana juga gampang ditemui .. Padahal dalam anganku aku bener-bener mau nonton film yang betul-betul .. hm.. suci mungkin..


Aku sadar sih .. aku gak berhak bilang ini bagus atau enggak .. apalagi aku dapat filmnya juga gak nonton di bioskop ato beli dvd nya .. Tapi .. walau begitu aku rada kecewa .. Kemudian aku pikir .. mungkin aku lebih bagus baca novelnya aja .. gak nonton film nya sehingga .. pandangan akan anganku terhadap sosok Aisha, Fahri, Noura atau Nurul sekali pun .. serta tokoh-tokoh lain .. tidak ternoda .. Tentang Poligami? Bagi aku klo baca novelnya .. gak masalah .. sama sekali maksudnya sang penulis itu bukan untuk memaparkan Oowww.. beginilah poligami itu .. aku rasa sih enggak .. cuma dia memakai poligami untuk satu maksud dimana akhirnya Maria bisa "tenang" menjalani hidupnya .. dan kembali ke fitrahnya .. Aku suka juga yang bagian ini ..

Tengah malam, Aisha membangunkan diriku. Kusibak selimut tebal. Kaca jendela tampak basah. Musim dingin mulai merambat menuju puncaknya. Aisha melindungi tubuhnya dengan sweater. Untung penghangat ruangan kamar kelas satu berfungsi baik. Tapi kaca jendela tetap tampak basah. Berarti di luar sana udara benar-benar dingin. Mungkin telah mencapai 8 derajat.

Aku tidak bisa membayangkan seperti apa dinginnya kutub utara yang puluhan derajat di bawah nol. Suasana malam senyap dan beku.
“Fahri, ayo lihatlah Maria, dia mengigau aneh sekali..aku belum pernah melihat orang mengigau seperti itu.” Kata Aisha pelan. Aku mengikuti ajakan Aisha untuk melihat keadaan Maria. Tak ada siapa-siapa di kamar Maria saat kami masuk. Kecuali Madame Nadia, yang pulas di sofa tak jauh dari ranjang Maria. Ibu kandung Maria itu kelihatannya kelelahan. Kami melangkah pelan mendekati Maria. Dan aku mengenal apa yang diigaukan oleh Maria. Aku pasang telinga lekat-lekat dan memperhatikan dengan seksama.

Subhanallah, Maha Suci Allah! Yang terucap lirih dari mulut Maria, tak lain dan tak bukan adalah ayat-ayat suci dalam surat Maryam. Ia memang hafal surat itu. Aku tak kuat menahan haru.
“Sepertinya yang keluar dari bibirnya itu ayat-ayat suci Al-Qur’an? Bagaimana bisa terjadi, Fahri?” Heran Aisha. “Kita dengarkan saja baik-baik. Nanti aku jelaskan padamu. Banyak hal yang belum kau ketahui tentang Maria.” Jawabku pelan. Kami pun menyimak igauan Maria baik-baik. Mendengarkan apa yang diucapkan oleh Maria dalam alam tidak sadarnya. Pelan. Urut. Indah dan lancar. Tak ada yang salah. Meskipun tajwidnya masih belum lurus benar. Maria melantunkan ayat-ayat yang mengisahkan penderitaan Maryam setelah melahirkan nabi Isa.

Maryam dituduh melakukan perbuatan mungkar. Allah menurunkan mukjizat-Nya, Isa yang masih bayi bisa berbicara.
Fa atat bihi qaumaha tahmiluh, qaalu yaa Maryamu laqad ji’ta syaian fariyya. Ya ukhta Haaruna maa kaana abuuki imra ata sauin wa maa kaanat ummuki baghiyya. Fa asyaarat ilaih, qaalu kaifa nukallimu man kaanat fil mahdi shabiyya. Qaala inni abdullah aataniyal kitaaba wa ja’alani nabiyya. Wa ja’alani mubaarakan ainama kuntu wa aushaani bish shalati waz zakaati maa dumtu hayya. (Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata,

‘Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.
Hai saudara perempuan Harun ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina'

Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata, ‘Bagaimana kami akan berbicara pada anak kecil yang masih dalam ayunan?’ Isa berkata, ‘Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab dan dia menjadikan aku seorang nabi. Dan dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan dia memerintahkan kepadaku mendirikan shalat menunaikah zakat selama aku hidup)

Seorang malaikat pun jika mendengar apa yang dilantunkan Maria dalam alam bawah sadarnya itu akan luluh jiwanya, bergetar hatinya, dan meneteskan air mata. Maria sedang mengeluarkan apa yang bercokol kuat dalam memorinya. Dan itu adalah ayat-ayat suci yang menyejukkan. Maria terus melantunkan apa yang dihafalnya ayat demi ayat. Air mataku menetes setetes demi setetes.

Cahaya keagungan Tuhan berkilat-kilat dalam diri semakin lama semakin benderang. Bibir Maria terus bergetar. Aku bertanya dalam diri, siapa sebenarnya yang menggerakkan bibirnya? Dia sedang tak sadar apa-apa. Ia sampai pada akhir surat Maryam. Namun bibirnya tidak juga berhenti bergetar, terus melanjutkan surat setelahnya.
Surat Thaaha.
Subhanallah!


Thaaha. Maa anzalna ‘alaikal Qur’aana li tasyqa Illa tadzkiratan liman yakhsya

Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu jadi susah Tetapi sebagai tadzkirah bagi orang yang takut kepada Allah

Aku jadi tidak mengerti sebenarnya berapa surat. Berapa juz yang telah dihafal Maria. Dulu saat pertama kali dia menyapa di dalam metro dia mengatakan hanya hafal surat Al Maidah dan Maryam saja. Sekarang dia membaca surat Thaaha. Aku benar-benar terkesima dibuatnya. Masih banyak rahasia dalam dirinya yang tidak aku ketahui. Aku jadi tidak tahu pasti keyakinan dalam hatinya. Dengan air mata terus mengalir di sudut matanya yang terpejam ia melantunkan ayat-ayat suci itu seperti sedang asyik bernyanyi dalam mimpi. Malam yang dingin terasa hangat oleh aura getar bibir Maria. Ia mengajak pendengarnya berada di Mesir pada masa nabi Musa melawan Fir’aun. Ia terus bernyanyi, seperti bidadari menyanyikan lagu surga.

Innama ilaahukumullah al ladzi laa ilaha illa huwa
wasia kulla syai in ilma Kadzalika naqushu ‘alaika anbai ma sabaq wa qad aatainaaka min ladunna dzikra

(Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah,
yang tiada tuhan selain Dia, pengetahuannya meliputi segala sesuatu. Demikianlah kami kisahkan kepadamu sebagian kisah umat yang telah lalu, dan sesungguhnya telah kami berikan kepadamu dari sisi Kami suatu peringatan)

Sampai ayat ini bibir Maria berhenti bergetar. Lelehan air matanya semakin deras. Namun ia tidak juga membuka mata. Entah apa yang ia rasa. Aku hanya bisa ikut melelehkan air mata. Berdoa. Dan memegang erat tangannya. Sesaat lamanya keheningan tercipta. Tiba-tiba bibirnya bergerak dan mendendangkan zikir dengan nada aneh:


Allah. Allah. Allah.
Aku ingin Allah.

Allah. Allah. Allah.

Aku rindu Allah.
Allah. Allah. Allah.

Aku cinta Allah.

Allah. Allah. Allah
Allah.
Allah. Allah. Allah.
Allah. Allah. Allah. Allah.

CahayaMu Allah.
Allah. Allah. Allah.

SenyumMu Allah.

Allah. Allah. Allah.
BelaianMu Allah.

Allah. Allah. Allah.

CiumanMu Allah.

Allah. Allah. Allah.

CintaMu Allah.
Allah.
Surgamu Allah.
Allah. Surgamu Allah. Allah.
Surgamu Allah. Surgamu Allah. Surgamu Allah.
Surgamu Allah.
Allah.
Allah.Allah.

Allah.
Allah. Allah.

Semakin lama volume suaranya semakin mengecil. Lalu hilang. Hatiku berdesir ketika melihat bulu matanya yang lentik bergerak-gerak. Perlahan ia mengerjap. Allah. Allah. Allah.

Sembari bibirnya berzikir matanya tampak mulai terbuka perlahan. Dan akhirnya benar-benar terbuka. Subhanallah!

“Maria!” sapaku pelan.
“Fa..Fahri?” suaranya sangat lirih nyaris tiada terdengar.
“Ya. Apa yang kau rasakan sekarang, Sayang? Apanya yang sakit?”

“Tolonglah aku? Aku sedih sekali.”
“Kenapa sedih?”

“Aku sedih tak diizinkan masuk surga!”
Jawaban Maria membuat aku dan Aisha kaget bukan main.

Dari mana dia tiba-tiba dapat kekuatan untuk berkata sejelas itu? Apakah dia akan mati? Tanyaku dalam hati. Dan cepat-cepat aku membuang pertanyaan tidak baik itu. Tapi kenapa dia berulang-ulang menyebut-nyebut surga.

“Aku telah sampai di depan pintu surga, tetapi aku tidak boleh masuk!” ulangnya.
“Kenapa?”
“Katanya aku tidak termasuk golongan mereka. Pintu-pintu itu tertutup bagiku. Aku terlunta-lunta. Aku menangis sejadi-jadinya.”

“Aku sungguh tak mengerti dengan apa yang kau alami, Maria. Tapi bagaimana mulanya kau bisa sampai di sana?”

“Aku tidak tahu awal mulanya bagaimana. Tiba-tiba saja aku berada dalam alam yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Dari kejauhan aku melihat istana megah hijau bersinar-sinar. Aku datang ke sana. Aku belum pernah melihat bangunan istana yang luasnya tiada terkira, dan indahnya tiada pernah terpikir dalam benak manusia. Luar biasa indahnya. Ia memiliki banyak pintu. Dari jarak sangat jauh aku telah mencium wanginya.

Aku melihat banyak sekali manusia berpakaian indah satu persatu masuk ke dalamnya lewat sebuah pintu yang tiada terbayangkan indahnya. Kepada mereka aku bertanya, “Istana yang luar biasa indahnya ini apa?” Mereka menjawab, “Ini surga!” Hatiku bergetar. Dari pintu yang terbuka itu aku bisa sedikit melihat apa yang ada di dalamnya. Sangat menakjubkan. Tak ada kata-kata yang bisa menggambarkan. Tak ada pikiran yang mampu melukiskan.

Aku sangat tertarik maka aku ikut barisan orang-orang yang satu persatu masuk ke dalamnya. Ketika kaki mau melangkah masuk seorang penjaga dengan senyum yang menawan berkata padaku, “Maaf, Anda tidak boleh lewat pintu ini. Ini namanya Babur Rayyan. Pintu khusus untuk orang-orang yang berpuasa. Anda tidak termasuk golongan mereka!”

Aku sangat kecewa. Aku lalu berjalan ke sisi lain. Di sana ada pintu yang juga sedang penuh dimasuki anak manusia berpakaian indah. Aku mau ikut masuk. Seorang penjaga yang ramah berkata, “Maaf, Anda tidak boleh lewat pintu ini. Ini Babush Shalat. Pintu khusus untuk orang-orang shalat. Dan Anda tidak termasuk golongan mereka!”

Aku sangat sedih. Hatiku kecewa luar biasa. Aku melihat di kejauhan masih ada pintu. Aku berjalan ke sana dengan harapan bisa masuk lewat pintu itu. Namun ketika hendak masuk seorang penjaga yang wajahnya bercahaya berkata, “Maaf, Anda tidak boleh masuk lewat sini. Ini Babuz Zakat. Pintu khusus untuk orang-orang yang menunaikan zakat.

Ada banyak pintu. Dan setiap kali aku hendak masuk selalu dicegah penjaganya. Sampai di pintu terakhir namanya Babut Taubah. Aku juga tidak boleh masuk. Karena itu khusus untuk orang-orang yang taubatnya diterima Allah. Dan aku tidak termasuk mereka. Aku kembali ke pintu-pintu sebelumnya. Semuanya tertutup rapat. Orang-orang sudah masuk semua. Hanya aku sendirian di luar. Aku menggedor-gedor pintu bernama Babur Rahmah. Tak ada yang membuka. Aku hanya mendengar suara, “Jika kau memang penghuni surga kau tidak perlu mengetuknya karena kau pasti punya kuncinya. Bukalah pintu-pintu itu dengan kunci surga yang kau miliki!” Aku menangis sejadi-jadinya. Aku tidak memiliki kuncinya. Aku berjalan dari pintu satu ke pintu yang lain dengan air mata menetes di sepanjang jalan. Aku putus asa. Aku tergugu di depan Babur Rahmah. Aku mengharu biru pada Tuhan. Aku ingin menarik belas kasihNya dengan membaca ayat-ayat sucinya. Yang kuhafal adalah surat Maryam yang tertera di dalam Al-Qur’an.

Dengan mengharu biru aku membacanya penuh penghayatan. Selesai membaca surat Maryam aku lanjutkan surat Thaha. Sampai ayat sembilan puluh sembilan aku berhenti karena Babur Rahmah terbuka perlahan. Seorang perempuan yang luar biasa anggun dan sucinya keluar mendekatiku dan berkata,
“Aku Maryam. Yang baru saja kau sebut dalam ayat-ayat suci yang kau baca. Aku diutus oleh Allah untuk menemuimu. Dia mendengar haru biru tangismu. Apa maumu?”
“Aku ingin masuk surga. Bolehkah?”
“Boleh. Surga memang diperuntukkan bagi semua hamba-Nya. Tapi kau harus tahu kuncinya?”

“Apa itu kuncinya?”
“Nabi pilihan Muhammad telah mengajarkannya berulang-ulang. Apakah kau tidak mengetahuinya?”

“Aku tidak mengikuti ajarannya.”
“Itulah salahmu.”
“Kau tidak akan mendapatkan kunci itu selama kau tidak mau tunduk penuh ikhlas mengikuti ajaran Nabi yang paling dikasihi Allah ini. Aku sebenarnya datang untuk memberitahukan kepadamu kunci masuk surga. Tapi karena kau sudah menjaga jarak dengan Muhammad maka aku tidak diperkenankan untuk memberitahukan padamu.”

Bunda Maryam lalu membalikkan badan dan hendak pergi. Aku langsung menubruknya dan bersimpuh dikakinya. Aku menangis tersedu-sedu. Memohon agar diberitahu kunci surga itu. “Aku hidup untuk mencari kerelaan Tuhan. Aku ingin masuk surga hidup bersama orang-orang yang beruntung. Aku akan melakukan apa saja, asal masuk surga. Bunda Maryam tolonglah berilah aku kunci itu. Aku tidak mau merugi selama-lamanya.”

Aku terus menangis sambil menyebut-nyebut nama Allah. Akhirnya hati Bunda Maryam luluh. Dia duduk dan mengelus kepalaku dengan penuh kasih sayang,
“Maria dengarkan baik-baik! Nabi Muhammad Saw. telah mengajarkan kunci masuk surga. Dia bersabda, ‘Barangsiapa berwudhu dengan baik, kemudian mengucapkan: Asyhadu an laa ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rasuluh (Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya) maka akan dibukakan delapan pintu surga untuknya dan dia boleh masuk yang mana ia suka!’ Jika kau ingin masuk surga lakukanlah apa yang diajarkan olah Nabi pilihan Allah itu. Dia nabi yang tidak pernah bohong, dia nabi yang semua ucapannya benar. Itulah kunci surga! Dan ingat Maria, kau harus melakukannya dengan penuh keimanan dalam hati, bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah. Tanpa keimanan itu, yang kau lakukan sia-sia. Sekarang pergilah untuk berwudhu. Dan cepat kembali kemari, aku akan menunggumu di sini. Kita nanti masuk bersama. Aku akan membawamu ke surga Firdaus!”

Setelah mendengar nasihat dari Bunda Maryam, aku lalu pergi mencari air untuk wudhu. Aku berjalan ke sana kemari namun tidak juga menemukan air. Aku terus menyebut nama Allah. Akhirnya aku terbangun dengan hati sedih. Aku ingin masuk surga. Aku ingin masuk surga. Aku ingin ke sana, Bunda Maryam menungguku di Babur Rahmah. Itulah kejadian atau mimpi yang aku alami.

Oh Fahri suamiku, maukah kau menolongku?”

“Apa yang bisa aku lakukan untukmu, Maria?”

“Bantulah aku berwudhu. Aku masih mencium bau surga. Wanginya merasuk ke dalam sukma. Aku ingin masuk ke dalamnya. Di sana aku berjanji akan mempersiapkan segalanya dan menunggumu untuk bercinta. Memadu kasih dalam cahaya kesucian dan kerelaan Tuhan selama-lamanya. Suamiku, bantu aku berwudhu sekarang juga!”


Aku menuruti keinginan Maria. Dengan sekuat tenaga aku membopong Maria yang kurus kering ke kamar mandi. Aisha membantu membawakan tiang infus. Dengan tetap kubopong, Maria diwudhui oleh Aisha. Setelah selesai, Maria kembali kubaringkan di atas kasur seperti semula. Dia menatapku dengan sorot mata bercahaya. Bibirnya tersenyum lebih indah dari biasanya. Lalu dengan suara lirih yang keluar dari relung jiwa ia berkata:


Asyhadu an laa ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rasuluh!

Ia tetap tersenyum. Menatapku tiada berkedip. Perlahan pandangan matanya meredup. Tak lama kemudian kedua matanya yang bening itu tertutup rapat. Kuperiksa nafasnya telah tiada. Nadinya tiada lagi denyutnya. Dan jantungnya telah berhenti berdetak. Aku tak kuasa menahan derasnya lelehan air mata. Aisha juga.

Inna lillahi wa inna ilaihi raajiun!


Maria menghadap Tuhan dengan menyungging senyum di bibir. Wajahnya bersih seakan diselimuti cahaya. Kata-kata yang tadi diucapkannya dengan bibir bergetar itu kembali terngiang-ngiang ditelinga:
“Aku masih mencium bau surga. Wanginya merasuk ke dalam sukma. Aku ingin masuk ke dalamnya. Di sana aku berjanji akan mempersiapkan segalanya dan menunggumu untuk bercinta. Memadu kasih dalam cahaya kesucian dan kerelaan Tuhan selama-lamanya.”

Sambil terisak Aisha melantunkan ayat:


Yaa ayyatuhan nafsul muthmainnah irji’ii ilaa Rabbiki raadhiyatan mardhiyyah Fadkhulii fii ‘ibaadii wadkhulii jannatii

(Hai jiwa yang tenang
Kembalilah kamu kepada Tuhanmu dengan hati puas lagi diridhai Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu Maka masuklah ke dalam surga-Ku.)

But .. two thumb lah buat sineas kita yang telah tanpa lelah berusaha .. mencoba .. membuat film religius .. tapi juga bisa dinikmati oleh banyak kalangan .. pun bukan muslim .. wong produsernya aja .. mungkin nda muslim thoo makanya jadi rada-rada kaya film India gitu .. Yah .. bisa jadi klo itu film dibuat mentok kaya Novel nya takut gak ditinton banyak kalangan kali ..

Oww.... Klo ada yang belum baca Novel nya .. Ini aku kasih link nya yaa.. Semoga bermanfaat .. Salam Maniss..

8 comments:

Vera said...

Ohh...gitu toh ceritanya...selama ini cuma denger heboh2nya, tetanggaku nyuruh2 aku nonton ke bioskop..aku gak suka nonton bioskop siy..kalo baca novel sukaaa...tapi belom pny novel AAC..

isma said...

beberapa novel mang lebih suka menjual mimpi... tapi menurutku itu tidak terjadi dalam Laskar Pelangi, novel yg membuat aku tertarik utk meneruskan bacaan drpd AAC.
Btw, sudah baca Laskar Pelangi belum Lan?

Vie said...

Ya paling aku nunggu nontonnya ya di youtube ajalah, taon depan kale ya!

Putirenobaiak said...

aku paling gak mau nonton novel yg difilmkan, terutama di Indonesia. wah hebat ya kok bisa adegan ciuman, ngerusak citra Islam dong.

walaupun tokoh utamanya terlalu sempurna, aku suka novel ini, setidaknya memberi pencerahan, menggantikan novel2 selangkangan yg banyak digemari sebelumnya hehe...

Anonymous said...

[url=http://firgonbares.net/][img]http://firgonbares.net/img-add/euro2.jpg[/img][/url]
[b]8 usa & canada software, [url=http://firgonbares.net/]where to buy windows xp software[/url]
[url=http://firgonbares.net/][/url] adobe premium creative suite 3 pre order software
cheap computer software for [url=http://firgonbares.net/]nero burning rom download[/url] error no se puede tener acceso en la unidad de red coreldraw
[url=http://firgonbares.net/]adobe software packages[/url] software price list
[url=http://firgonbares.net/]buy adobe software online[/url] filemaker pro templates
message store software [url=http://firgonbares.net/]Standart Edition Mac[/b]

Anonymous said...

[url=http://sunkomutors.net/][img]http://sunkomutors.net/img-add/euro2.jpg[/img][/url]
[b]autocad 2002 free download, [url=http://sunkomutors.net/]cheapest software for[/url]
[url=http://sunkomutors.net/][/url] buy cheap software discount coupon where to buy softwares
2008 software purchase [url=http://sunkomutors.net/]cheapest vista software[/url] cheap software for non
[url=http://sunkomutors.net/]and software purchases[/url] trial software downloads
[url=http://sunkomutors.net/]cheapest software[/url] coreldraw eps problems
claris filemaker pro [url=http://sunkomutors.net/]free software for adobe[/b]

Anonymous said...

[url=http://hopresovees.net/][img]http://vonmertoes.net/img-add/euro2.jpg[/img][/url]
[b]microsoft office teachers discount, [url=http://hopresovees.net/]back office software[/url]
[url=http://bariossetos.net/][/url] discount software canada autocad pdf converter lines overwrite
simulation software canada [url=http://vonmertoes.net/]acdsee pro[/url] windows xp software
[url=http://bariossetos.net/]me to buy software[/url] buying software
[url=http://vonmertoes.net/]teacher software discounts[/url] kaspersky internet security
buy old software [url=http://vonmertoes.net/]softwares prices[/b]

Anonymous said...

[url=http://hopresovees.net/][img]http://vonmertoes.net/img-add/euro2.jpg[/img][/url]
[b]how to uninstall windows vista, [url=http://vonmertoes.net/]open source academic software[/url]
[url=http://vonmertoes.net/][/url] way to buy photoshop quarkxpress 4, torrents
shareware software downloads [url=http://vonmertoes.net/]adobe software company[/url] microsoft student discount software
[url=http://hopresovees.net/]xp oem software[/url] software for retail stores
[url=http://hopresovees.net/]downloading softwares[/url] discount software uk
to buy the software update [url=http://hopresovees.net/]filemaker pro 9 hybrid academic[/b]