Translate

May 6, 2007

Masalah untuk siapa saja tapi pemecahan hanya bagi yang berpikir



" Tuhan.. Jika aku boleh memilih.. Dan jika memang harus aku pilih.. Biarlah masalah dan pahitnya hidup di awal-awal ini saja kami rasakan. Ujian akan kesetiaan dan pengorbanan untuk satu tujuan mulia biarlah di awal melangkah kami terima.. Asal nanti ketenangan dan ketentraman selalu bersama kami.. Dan menjaga cinta serta kesetiaan kami,g sampai kami tua nanti. Sampai batas umur kami nanti. Tuhan.. semoga Engkau mudahkan jalan bagi kami atas semua masalah kami dan bagi saudara-saudara kami juga. Amin... "



Rumah tangga itu seperti apa? Bagaimana seharusnya? Kenyamanan itu seperti apa? Bagaimana meraihnya? Kesabaran dan kesetiaan itu punya kekuatan seperti apa? Idealkah rumah tangga kami? Apakah rumah tangga orang lain juga seperti ini? Masih banyak lagi pertanyaan yang selalu terbersit di benak ini di setiap langkah yang tertapaki.

Masalah itu selalu ada.. Semakin banyak masalah dan semakin banyak pula yang kita berhasil pecahkan, semakin banyak kita belajar dan semakin banyak pula kita tahu bagaimana jalan penyelesaiannya. Itu juga dengan satu hal, jika kita mau berpikir.

Semua orang punya masalah. Selama dia masih hidup, ada saja yang dirasa kurang pas, tidak lengkap, dan tidak pada tempatnya.. selama itu dia merasa ada yang salah, itu dia masalah. Tapi jalan keluar dari masalah tidak selamanya kita temui dari pembelajaran diri melalui yang kita alami, tapi juga dengan yang orang lain alami. Kita bisa mengambil kesimpulan dari situ juga kok.. Walau tetap pada intinya kita dan orang lain tak sama namun paling tidak ada sedikit yang bisa dijadikan pengukuran.

Maka belajarlah dari pengalaman diri. Pun juga dari pengalaman orang lain. Banyak hal yang bisa kita ambil maknanya.

Jika seseorang bertanya kepadaku "Bagaimana ini.. aku merasa cintaku berkurang kepada pasanganku. Apa yang harus aku lakukan?".

Mungkin aku tidak banyak pengalaman dalam hal ini, karena aku juga baru 1 tahun menjadi seorang istri dan hidup dalam rumah tangga begini. Namun.. aku pernah merasakan cinta. Cinta oh cinta.. Kasih sayang yang tulus dan pengorbanan. Kejujuran dan kesetiaan. Menjaga kehormatan dan hati.

Untuk dijadikan jawaban selayak konsultan perkawinan tentu tidak.. jauh dari itu. Hanya seperti orang lain katakan.. Kembalilah ingat, apa yang membuatmu jatuh cinta padanya dan ingatlah semua kebaikan-kebaikannya serta kubur jauh-jauh kejelekannya. Jika marah padanya, berbanyaklah sabar.. selalu jaga lidah.. perkataan.. dan lidah.. dan perkataan. Sungguh itu sangat memperdayakan. Hati-hati dengan omongan ketika marah. Sempat kena ke hati.. hujanannya sungguh luar biasa sakit hingga lukanya tidak semudah itu hilang.

Jika cinta itu hilang kawan.. jangan semudah itu berangan-angan untuk menemukan cinta yang lain. Pecahkan masalahmu. Kenali apa penyebabnya. Bicaralah.. bicaralah satu sama lain. Tatap matanya.. Sentuh tangannya.. Cium keningnya. Kemudian tanya hatimu. Masihkah kau akan marah kepadanya? Pelihara hatimu.. jauhkan dari angan-angan bodoh dan prasangka. Hingga pikiranmu tetap jernih dan kau pun akan mengeluarkan pemikiran yang jernih pula.

Jika aku marah.. kesal.. merasa diacuhkan.. sedih.. sungguh satu ciuman rendah hati di keningku mampu membuatku nyaman dari semua yang menimpaku saat itu. Cukuplah itu dahulu.. kemudian lihatlah apa sesudah itu. Jika memburuk.. selesaikan baik-baik. Tapi semoga saja akan semakin membaik..

*untuk junjungan : Tahukah bahwa ketentraman itu ada di hatimu? Mengaliri aura sekitarmu dan menjalar ke batinku jika aku didekatmu. Bukan harta yang membuatku tunduk. Bukan tahta atau ketampanan. Kau mengujinya.. InsyaAllah aku pegang janjiku. Tak akan engkau temui aku yang tunduk terhadap tiga hal itu. Tapi hati mu yang menundukkan semuanya. Jika keredhaan itu telah ada diletapak tanganmu.. maka perlakukanlah aku sebagai sebaik-baik perlakuan. Untuk sebuah hati yang selalu aku junjung tinggi.. tak cukup terima kasihku..

*Sebagian orang Minang memanggil suami mereka dengan panggilan "Junjungan"

No comments: