Rasanya mungkin hampir setiap gadis mempunyai diary. Dari anak-anak sampai orang dewasa. Gitu juga dengan aku. Tadi siang waktu pulang ke rumah, iseng-iseng aku buka kembali lemari lama waktu masih lajang dulu dan menemukan tiga buah buku diary. Surprise banget. Aku langsung bawa dan akan membacanya.
Sebenarnya aku punya banyak sekali diary. Cuma yang lain entah nyelip dimana. Yang masih utuh ya yang tiga ini. Kalau membaca kembali alinea demi alinea nya .. kadang sering tersenyum sendiri. Tak menyangka aku bisa menulis dengan lugas dan apa adanya. Begitu terbuka.. bahkan sekali menulis sampai sepuluh halaman lebih. Aku membawanya kemana saja. Pergi penelitian, ikutan proyek bahkan sampai ngambil data di lapangan pun aku bawa. Walau hanya sebaris dua baris kata, aku perhatikan aku selalu menulisnya. Hanya saja setelah menikah kenapa ya tak ada sedikit pun kepikiran untuk memiliki diary lagi?? Hm.. ini baru kepikiran.
Sepertinya aku emang butuh diary ku lagi untuk teman atau sekedar mencurahkan perasaan yang mungkin tidak bisa aku curahkan melalui kata-kata atau pada seseorang. Diary itu ternyata sekarang benar-benar memiliki arti dalam ruang hatiku. Tak aku sangka aku akan se-optimis itu.. atau aku akan se-pesimis itu.. atau yang membuatku tak berhenti tersenyum.. satu saat aku memuji-muji seseorang dalam diary-ku tapi disaat yang lain kata-kata kecewa-ku pun tertuju padanya.
Diary ini akan aku simpan baik-baik. Satu kenangan yang pernah aku punya. Mungkin saja satu hari nanti di waktu senja aku merindukan untuk membacanya.. Untunglah.. aku pernah mempunyai diary
*Diary : Buku harian pribadi (artian ala aku)
Sebenarnya aku punya banyak sekali diary. Cuma yang lain entah nyelip dimana. Yang masih utuh ya yang tiga ini. Kalau membaca kembali alinea demi alinea nya .. kadang sering tersenyum sendiri. Tak menyangka aku bisa menulis dengan lugas dan apa adanya. Begitu terbuka.. bahkan sekali menulis sampai sepuluh halaman lebih. Aku membawanya kemana saja. Pergi penelitian, ikutan proyek bahkan sampai ngambil data di lapangan pun aku bawa. Walau hanya sebaris dua baris kata, aku perhatikan aku selalu menulisnya. Hanya saja setelah menikah kenapa ya tak ada sedikit pun kepikiran untuk memiliki diary lagi?? Hm.. ini baru kepikiran.
Sepertinya aku emang butuh diary ku lagi untuk teman atau sekedar mencurahkan perasaan yang mungkin tidak bisa aku curahkan melalui kata-kata atau pada seseorang. Diary itu ternyata sekarang benar-benar memiliki arti dalam ruang hatiku. Tak aku sangka aku akan se-optimis itu.. atau aku akan se-pesimis itu.. atau yang membuatku tak berhenti tersenyum.. satu saat aku memuji-muji seseorang dalam diary-ku tapi disaat yang lain kata-kata kecewa-ku pun tertuju padanya.
Diary ini akan aku simpan baik-baik. Satu kenangan yang pernah aku punya. Mungkin saja satu hari nanti di waktu senja aku merindukan untuk membacanya.. Untunglah.. aku pernah mempunyai diary
*Diary : Buku harian pribadi (artian ala aku)
2 comments:
wakakakak....pertamax nih, kalo aku gak suka pny diary, kalo lagi sebel ato apa nulis dikertas dah gitu buang deh....
Hehehe.. seharusnya sih gitu. Kalau ada kenangan yang buruk.. tulis di kertas dan buang.. tapi yang bagus untuk disimpan.. Tapi aku cuma suka kangen kalau tiba2 nemuin yang dulu-dulu aku punya.. seperti diary ini :)
Post a Comment