Translate

January 15, 2007

Mengapa susah sekali untuk kembali percaya?

Percaya.. Mudah.. Tapi untuk kembali mempercayai, sungguh itu teramat sangat sulit. Bahkan misalnya, kita pernah dikhianati, kemudian kita bisa berangsur percaya kembali pada orang tersebut.. nah disaat proses untuk mempercayai itu, dia kembali membuat satu kesalahan dengan (kembali) merusak kepercayaan itu.. Ini sungguh teramat sangat sulit.. Sungguh..

Jika kau melihat udara cerah di luar sana, langit biru, tiada berawan.. Maka tidak mungkin akan hujan. Tapi tiba-tiba hujan rintik-rintik datang.. semakin lama semakin deras.. Mungkin kau akan menganggap.. Bagaimana mungkin?? Padahal awan tidak ada? Apa yang terjadi? Kemudian kau akan belajar menganggap itu sebagai satu kesalahan. Suatu kekhilafan yang mungkin bisa kau lupakan berangsur berjalannya waktu. Namun.. kemudian kejadian yang sama kembali terulang.. Lalu apa kau masih saja percaya.. Langit cerah pasti tidak akan ada hujan?? Tentu tidak kan? Kancil saja tidak ingin tersandung dua kali pada batu yang sama.. Apalagi manusia? Mungkin manusia itu benar-benar bodoh atau mau saja dibodohi.

Mengapa aku masih saja belum kuat untuk berjalan sendiri?
Menganggap hujan.. rasa percaya dan mempercayai.. langit.. awan.. itu semua masa bodoh?
Mengapa aku tidak bisa saja cuek dengan semua yang terjadi?
Orang gampang sekali berkata.. cuek saja lah hidupmu masih panjang..
Jika aku jauh dari semua itu.. mungkin aku bisa melupakannya, tapi jika setiap hari pikiranku kesana.. apa yang bisa aku lakukan?
Aku bagai seseorang dengan dua kepribadian..

Dulu Caya dan Tia bercita-cita membangun satu rumah yang tangguh.. Kuat dan membuat nyaman. Rumah punya mereka sendiri. Rumah yang mereka sendiri yang akan mengaturnya. Rumah penuh cinta kasih dan cinta. Walau apapun yang terjadi.. cita-cita mereka tetap mereka genggam. Namun kemudian Caya beruba pikiran. Tia tetap menggenggam tangan Caya dan tidak melepaskannya. Dia tidak ingin kehilangan Caya. Dia memeluknya dengan erat.. walau hatinya hancur lebur.. jadi abu.. Dia harus kuat. Jika memang Caya ditakdirkan untuknya Tuhan pasti akan memudahkan jalannya.. Dan membuatnya tegar. Tapi Caya sudah tidak sungguh-sungguh lagi membangun rumah impian mereka dulu bersama Tia. Tia dengan airmatanya yang tidak keluar tetap berharap.. Caya bisa kembali seperti dulu.. walau itu jelas tidak mungkin.. Karena baginya meninggalkan Caya berarti mengingkari janjinya dulu.. Berarti dia mengingkari sumpahnya "Walau apapun yang terjadi.. aku berjanji akan selalu tetap bersamamu" dan dia pun memegang janji Caya "Jodoh tidak jodoh.. dikasih tidak dikasih.. engkau harus aku miliki".
Air mata Caya terus berlinang.. bahkan mungkin tidak akan pernah berhenti. Caya tidak akan pernah melihat air mata itu. Caya hanya berharap Tuhan memberikan keadilan kepadanya.. karena kesetiaannya memegang janji. Dia berharap Tuhan akan memberikan kebahagian yang lain untuknya atas semua pengorbanannya. Dia hanya ingin balasan dari Tuhannya.. bukan dari Caya. Semua apa yang dia lakukan.. hanya ingin mengharapkan agar Tuhannya mencintai dia, melihat kesungguhannya.. dan memberikan satu imbalan terbaik hanya untuknya.. Hingga air matanya yang sekarang masih terus mengalir bisa berhenti dan dia akan menjadi orang yang paling beruntung di atas semua orang yang beruntung.
Tia tahu.. hidup ini tidak akan lama. Dan dia hanya ingin melakukan hal yang benar saja di sepanjang hidupnya. Jika nanti dia telah tiada, dia hanya ingin orang mengenang atas semua kesetiaan dan harga dirinya yang telah dia berikan kepada satu Caya. Tia tidak minta banyak hal. Dia hanya ingin melalui hari-harinya dengan apa adanya. Tia sudah pernah merasakan dicintai. Dia tidak begitu lagi mengharapkannya. Dia tahu, sekarang Caya bukan lagi miliknya. Memang ketika tidur, dia bisa melihat Caya disampingnya. Tapi dia tidak bisa lagi melihat hatinya. Caya nya telah hilang dan pergi entah kemana.
Tia hanya berharap.. Tuhan cepat memanggilnya. Hingga semua tanggung jawab dan tugasnya cepat selesai.. kemudian dia pulang ke pangkuan-Nya. Dia tidak akan menangis lagi, jika nanti Caya ingin memulai hidupnya lagi. Tidak.. karena di Syorga tidak ada diciptakan rasa cemburu. Dia akan melihat hanya kebahagiaan.
Sekarang.. Tia masih bisa menciumi Caya dengan sepenuh hati. Dengan kasih sayang yang tulus dan melayaninya dengan penuh rasa cinta. Jika nanti semua berakhir.. dia pasti akan tersenyum. Tugas telah selesai.. dan Tia bisa pulang dengan tenang..

Tia.. Tia.. Hidup tidak lama. Bertahanlah.. bersabarlah.. Cukupkan bekalmu.. Dan pulanglah dengan tenang. Biarkan semua yang buruk itu disekitarmu jika kau tak bisa merubahnya. Tapi jangan terlarut ke dalamnya. Tia harus menjadi seorang yang Setia.. walau Caya sudah tidak bisa lagi di Percaya..

No comments: