Translate

December 26, 2006

Aku dan Perjuanganku

Aku menyadari dan sangat tahu pasti. Setiap langkah yang aku tempuh selalu saja penuh dengan perjuangan dan tantangan. Semua itu seolah telah menjadi pengikut setiaku sampai saat ini. Semuanya.. Baik itu perjuangan besar ataupun kecil.

Ingat dulu waktu pengen banget les bahasa Inggris di LBA. Berkali-kali meyakinkan Mama kalau aku pengen banget les disana dan gak akan sia-siakan kesempatan itu kalau dikasih. Setelah berusaha keras akhirnya dikasih ijin juga sama Mama. sama hal nya waktu pengen les komputer. Papa gak ngasih ijin, tapi alhamdulillah mama ngedukung, akhirnya bisa juga. Terus waktu kuliah.. Ampun susah banget, ntah pembimbing yang gak kompak, skripsi ditolak.. akhirnya bisa juga lulus. Nah waktu kerja di Jakarta, bener-bener dari awal, dari training dulu terus daily worker.. baru kontrak.. Semua aku lalui dengan ketabahan dan entah berapa banyak air mata. Akhirnya bisa juga kerja disana walau akhirnya cuma betah 3 tahun. Padahal dijanjikan awalnya jadi karyawan.. nyampe Jakarta malah kontrak.. hiks..

Terus dalam berhubungan. Susah aku untuk belajar menyukai dan mencintai, akhirnya bisa juga.. Susah menerima kekurangan.. akhirnya bisa juga.. Padahal itu bukan hal yang mudah.. Banyak rintangannya. Entah orangtua yang tidak setuju, dimusuhi keluarga, sampai gak mau diakui anak.. Tapi aku tetap berkeras.. Aku ingin dia saja yang nanti akan mendampingi aku sampai akhir hidup aku, aku juga disisihkan teman-teman dan bisikan-bisikan yang entah apa-apa tentang kami.. Kalau diingat-ingat bisa membuat menangis lagi.. Tapi aku tabah.. dan akhirnya bisa juga aku pacaran dengan dia 4 tahun.

Waktu memutuskan untuk married.. Duh.. tantangan banyak sekali. Yang harus nunggu 1 tahun lah.. yang harus tamat kuliah lah.. Yang ini lah yang itu lah.. Sampai rasanya pernah terniat untuk kawin lari saking tersudutnya.. Itu belum cukup. Setelah lamaran, mau married juga gak gampang. Yang biaya minim lah.. Yang ngurus undangan lah.. Yang masih harus masuk kerja lah.. Yang tinggal terpisah lah .. terpaksa ngurus sendiri-sendiri..

Belum cukup itu.. satu minggu menjelang married, undangan udah disebar.. Kawan dan kerabat udah dikasih tahu, ternyata ada lagi halangannya.. orang yang dicintai terpikat pada cinta yang lain. Karena kekasih hati dendam sama orangtuaku mungkin, karena dia dapat perhatian yang lain.. Merasa menyesal mengenal aku dan keluarga aku (begitu yang diakui oleh gadis yang pernah dia cintai dan mencintai dia itu).. Sampai waktu mau ke KUA laki-laki yang ingin jadi tumpuanku itu tak mau lagi menikah denganku. Betapa hancurnya hati ini.. Sungguh.. Punah sudah bendungan hatiku.. Pecah sudah kepercayaan aku pada adanya cinta sejati.. pada laki-laki. Akhirnya setelah aku memohon, dia mau juga menikah dengan aku.

Tapi tak cukup sampai disana.. setelah aku kembali ke Jakarta, dia.. suamiku.. datang ke Jakarta untuk mengatakan bahwa dia telah gagal menjadi suamiku.. Tak bisa lagi berjalan denganku.. Tak bisa mendampingiku untuk menggapai cita-cita aku.. bahkan terpikir olehnya untuk memulangkan aku pada orangtuaku. Oh.. sungguh menyakitkan.. sangat pedih.. Gadis itu singgah di hatinya.. yang aku tahu bahkan sampai kapanpun telah menggeser tempatku di lubuk hatinya.. sungguh luar biasa. Aku yang mendampinginya selama empat tahun ini dalam susah dan senang.. dalam gelisah dan tenang.. bisa digantikan oleh sesosok gadis lain yang sangat memikatnya.. Sungguh luar biasa gadis itu..

Aku bisa juga membujuknya untuk terus bersama denganku. Bisa juga meyakinkannya untuk memperbaiki semua.. walau aku tahu, hatinya tak akan pernah untuk aku lagi. Memang kalau dipikir-pikir.. perempuan macam apa aku ini? Orang sudah tidak sudi lagi denganku tapi aku masih juga percaya diri ingin dia disisiku.

Harusnya aku sadar.. Cinta yang tumbuh antara mereka berdua tak akan pernah usai dan selalu terjaga sampai kapanpun. Tak akan bisaaku musnahkan atau aku hilangkan. Tidak akan pernah. Aku hanya akan menjadi bagian dari segelintir masa lalunya.. Aku bagian dari gadis-gadis yang pernah singgah di hatinya. Aku hanya seseorang yang tidak berarti lagi baginya saat ini.. Tapi aku seakan memenjarakannya dengan ikatan yang dinamakan "perkawinan". Coba jawab.. amsih pantas kah aku untuk disampingnya.. Ini kah perjuanganku untuk sebuah keluarga yang sakinah mawardah warrahmah? Inikah pengorbananku sebagai seorang istri yang tidak diharapkan? Ini kah semua hasil jerih payah pengorbananku selama ini? Ini kah jawaban atas kebodohanku karena lebih mempercayai cinta dan perasaan dibandingan realita dan kenyataan?

Belum lagi cukup sampai disitu.. sekarang aku pengangguran.. Tak punya pekerjaan.. Hanya jadi beban bagi suamiku saja..

Sekarang bahkan aku masih belum mampu untuk hamil dan memiliki seorang bayi yang keluar dari rahimku sendiri. Tak peduli dimana letak kesalahannya.. Mungkin aku masih harus berjuang lagi untuk mendapatkan jati diri sebagai seorang "Ibu"

Tuhan.. Oh Tuhan.. Oh Tuhan..
Sampai kapan aku harus berjuang?
Sampai kapan aku bisa memetik hasil dari perjauanganku ini?

Untuk menjadi seorang anak.. Aku ingin menjadi anak yang benar-benar berbakti..
Untuk menjadi seorang istri.. aku ingin menjadi satu-satunya istri kesayangan suamiku.. Tapi apakah masih bisa? Sementara aku menuntut seorang suami yang setia pada keluarga dan aku istrinya..
Untuk menjadi seorang ibu.. apakah aku ada kesempatan?

Aku kah yang banyak menuntut... atau memang jatahku masih belum lagi tiba?
Atau memang gelar si pejuang akan terus aku sandang sampai aku mati?
Tuhan.. tolonglah jawab tanyaku..

No comments: