Translate

February 16, 2005

Dalam kenangan


Jakarta, Februari 2005

Kalau diingat.. masa yang lalu, sering kali aku tersenyum dan jika ditanya kepada hati yang paling dalam ada apa sebetulnya pada waktu itu, dia pun tak bisa menjawabnya dengan pasti. Semua berjalan dengan apa adanya.. Berjalan tanpa disadari. Tanpa disengaja bagai air yang tahu kemana dia harus mengalir.

Hari itu.. awal dari segala-galanya. Awal dari suatu ketenangan dan keresahan yang biasanya jarang hadir dalam hatiku, dan dalam mimpiku. Dalam kegundahan, ketika aku tak menemukan ke arah mana seharusnya kaki ini melangkah, tiba-tiba Allah mengutus seseorang untuk menggandeng tanganku, menuntunku, dan menemaniku setiap waktu. Sungguh aku sangat beruntung.

Waktu itu, ketika teman-teman dekat mulai mempunyai seseorang kekasih hati, mempunyai tempat curahan rasa, aku pun mulai bertanya. Adakah seseorang di sudut bumi ini yang diciptakan khusus untukku?? Adakah Tuhan ingat, untuk menciptakan jodoh yang nantinya akan menjalani hari-hari ini denganku? Apakah ada orang yang sedemikian sabar menghadapi sifat dan sikap kanak-kanakku? Apakah ada? Tak pernah henti hati ini berdo'a. Memohon kemurahan Yang Maha Kuasa. Agar dimudahkan setiap jalan yang harus kutempuh.

Kemudian seorang demi seorang hadir. Seorang demi seorang mencoba untuk membuka hatinya dan menawarkan aku untuk masuk dan menghuninya. Aku termagu. Setiap detik pula berjuta-juta pertanyaan mengikuti raguku. Apa aku bisa menerima seseorang untuk hadir dalam hidupku melebihi arti seorang teman? Apakah aku bisa menempatkan dia diatas makna seorang kawan? Apakah dia jawaban do'aku selama ini? Apakah dia seorang yang akan selalu sabar mengadapiku? Seorang pangeranku yang selalu kubayangkan dalams etiap mimpiku?

Aku bertemu seorang. Mempunyai keyakinan sama denganku. Mencoba untuk membuka hatiku. Tapi aku ragu walau hatiku selalu berkata, adalah tidak adil jika tidak dicoba. Dan ya. Aku mencobanya.. dengan sabar, dengan harapan .. mungkin suatu waktu nanti, aku bisa menerima kehadirannya, dengan segala kekurangan dan kelebihannya, dengan segala apa yang dia miliki. Aku mencoba berdamai dengan hati, dengan hari, dan dengan pikiranku. Mengatakan, mungkin ini lah pria yang baik, yang seharusnya diciptakan untukku. Aku akan mencoba untuk menjalani semua ini dengannya.

Dan hari pun berlalu. Dalam setiap detiknya.. aku masih berusaha. Tapi ada yang tak bisa kumengerti. Ada yang tak bisa kupahami. Dan ada yang tak bisa aku maklumi. Dia begitu menyanjung sahabatku. Dia menjadikan sahabat baikku sebagai kiblat yang seharusnya kuikuti. Dia membuatku bercermin lagi. Dia menyadarkanku, kalau selama dengannya aku tak akan pernah menjadi diriku sendiri walau dalam setiap detik bersama nya aku tak pernah berhenti mencoba untuk selalu menjadi yang terbaik dan memahaminya dengan tulus. Tapi.. untuk yang satu ini akhirnya kesabaranku habis.

Seorang sahabat nun jauh disana kujadikan tempat bersandar. Tempat berbagi cerita suka dan duka. Tempat kucurahkan segala resah dan gundahku. dan dia menerima semua itu dengan hati yang terbuka. Mungkin dia tak tahu betapa berat yang kurasakan. Hanya saja ketika dia mau mendengarkan apa yang aku bicarakan, aku begitu merasa berterima kasih. Aku merasa beruntung dan sedikit berkhayal suatu saat bisa bertemu dengannya walau hanya sekali. Hanya saja.. yang kami bicarakan tak lebih dari yang dia ketahui. Karena sang sahabat adalah seorang teman dari orang yang mencoba dekat tadi.

Satu waktu, di lain hari. Aku menemukan seseorang yang baru. Dia yang kukenal akhirnya juga menjadi tempat aku berbagi. Bertukar pikiran, membahas berbagai masalah, sosial politik atau ntah apa. Dia mencoba membagi semangatnya untuk setiap masalah yang kadang rumit untuk kuhadapi. Tapi.. bisik hatiku berkata lain. Dia.. tak lebih dari sahabat. Dulu mungkin aku menyayanginya karena perhatiannya. Tapi ada pembatas yang sedikit pun tak akan pernah dapat ditembus. Keyakinan yang berbeda.. yang kuakui saat ini, tak akan aku sesali.

Kembali.. sahabat nun jauh disana menjadi tempat berkeluh kesah. Ketika keraguan untuk memilih. Apakah aku akan tetap mencoba untuk menerima seseorang yang datang pada kesempatan pertama atau berusaha menerima orang kedua kehadiran orang kedua walau perbedaan diantara kami.

Tuhan.. Ya Allah..kembali menjadi tempat mengadu Yang Maha Tinggi. Dia mengerti apa yang kualami. Dia memahami apa yang terjadi pada diriku. Pada makhluk yang tak berdaya dan tak tahu apa-apa ini.

Dalam satu malam. Ketika ketersentakanku menuntunku kepada-Nya. Kucurahkan segala isi hati. Segala kegundahan selama ini. Segala ketakutanku dan segala keraguanku. Kuadukan apa sebetulnya yang aku inginkan. Apa yang aku harapkan. Titik air mata menjadi saksi betapa aku pasrah dalam simpuhku.

Satu hari di bulan April.
Sahabat nun jauh disana mengunjungi. Kuakui walau bukan untukku, kedatangannya membuatku senang. Aku akan bertemu dengannya yang selama ini hanya kukenal melalui dunia maya. Bagiku.. bertemu sekali saja pun sudah cukup. Aku juga tak memikirkan apa-apa. Cuma dalam pikiranku. Ini mungkin sahabat sejatiku di dunia maya, entahlah jika dia sudah bertemu denganku nanti. Semua terserah padanya, apa masih mau menjadi sahabatku atau tidak.

Kenyataannya berkata lain. Sungguh tidak pernah aku bayangkan selama ini. Sesuatu diluar jangkauan imaginasiku. Bahkan terpikirpun tidak. Terhadap yang kukenal dekat saja aku tak bisa, apa mungkin dengan dia yang baru beberapa minggu bertemu.

Minggu, May 19 2002
Akhirnya, hari biasa menjadi hari yang istimewa. Senja biasa menjadi senja yang indah. Pantai biasa menjadi pantai yang luar biasa. Dan sunset yang biasanya tak pernah kuhiraukan menjadi saksi sejarah. Ketika tiba-tiba sebuah permainan kecil mengikatku selamanya.
Tanpa sadar, di senja itu aku mengangguk.
Tanpa mengerti, diujung sore aku berkata 'iya'
Tanpa banyak bicara, kurasakan kebingungan dan ketidakpercayaan mengapa semua ini bisa terjadi.
Hanya satu yang sekilas melintas dalam pikiranku. Mungkin ini membuat hari selanjutnya lebih baik. Semogaa..

No comments: